Berbagai Fakta Unik Tentang Sungai Ciliwung – Ciliwung ialah sungai monumental. Dari sejak zaman Kerajaan Pajajaran sampai periode Penjajahan Belanda, sungai ini mainkan peran penting untuk kehidupan warga.Tetapi sekarang, Ciliwung tak lagi dipuji. Setiap terjadi banjir di Jakarta, Ciliwung selalu dihubungkan sebagai pemicunya. Musibah yang sebenarnya terjadi karena tingkah manusia yang menghancurkan Ciliwung dengan sampah, sampah, sampai menghancurkan daerah tutupan hijau sebagai area serapan airnya.
Berikut bukti unik Sungai Ciliwung yang diringkas alltempatwisata, dari beragam sumber, buat mengingati Hari Sungai Ciliwung tiap 11 November. Berikut ini adalah informasi selengkapnya dari alltempatwisata .
Sungai bersejarah
Dalam tulisannya di Mongabay Indonesia dengan judul “Menjaga Hilir Ciliwung, Jaga Wibawa Hulu Ibu-kota”, Anggit Saranta tuliskan kisah Ciliwung. Menurut sejarawan Bogor Saleh Danasasmita [1933-1986], Ciliwung sebagai satu dari 4 benteng alam Kerajaan Pajajaran [1482-1567] saat berdiri.
Kesultanan Banten yang bentrok dengan Pajajaran memakan waktu 40 tahun lebih buat dapat menaklukan ibu-kota Pakuan [sekarang Bogor]. Ini karena ada rentang alam sebagai pertahanan ibu-kota, yaotu dua sungai besar Ciliwung dan Cisadane, ditambahkan Gunung Salak dan Pangrango.
Membentang luas
Ciliwung menghampar dari hilir di Bogor, mencakup teritori Gunung Besar, Gunung Pangrango, dan Cisarua lalu mengucur ke hulu di pantai utara Jakarta. Panjangnya 120 km dengan luas Wilayah Saluran Sungai 387 km persegi.
Sungai monumental ini juga dipisah tiga sub DAS. Ciliwung hilir selebar 15.251 hektar [di daerah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor], Ciliwung tengah selebar 16.706 hektar [di Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Depok, dan Bekasi], dan Ciliwung hulu selebar 6.295 hektar.
Hilangnya ikan
Fakta Tentang Sungai Ciliwung selanjutnya ada Kekuatiran akan teror kemusnahan ikan di Sungai Ciliwung bisa dibuktikan. Berdasar riset LIPI, dari 187 tipe ikan yang ada, sekarang cuma sekitaran 20 tipe sisa. Atau, sekitaran 92,5 % sudah musnah karena kegiatan manusia dan pencemaran yang tetap terjadi.
Data riset LIPI mengatakan, selama setahun 1910 sampai 2010, ikan seperti belida, soro, berot, nilam, tawes, putak, berukung, lele, brek, keperas, dan ikan hitam tidak diketemukan kembali di Ciliwung. Sementara, spesies ikan yang lain seperti hampal, genggehek, dan baung makin terancam.
Sampah dan limbah
Berdasar riset yang sudah dilaksanakan, jumlah sampah rumah, sampah, sampah industri, sampah ternak, dan pencemaran dari pertanian yang berada di Ciliwung sejumlah 54,4 ton BOD setiap hari.
Sementara, kekuatan sungai memuat beban pencemaran cuma 9,29 ton BOD [Biological Oxygen Permintaan] setiap hari. Bisa disebutkan, Ciliwung sudah melalui kekuatan daya bantunya.
Rintangan lain ialah ada peralihan tata ruangan dan tutupan tempat. Ini mengakibatkan berkurangnya kualitas lingkungan yang mengakibatkan bertambahnya liabilitas musibah banjir. Wilayah sempadan sungai [riparian] dari Bogor,